ERDHIKA MORNING IDEA 29 APRIL 2021
View PDF
29 Apr 2021

Tapering Tatum The Fed Masih Jauh, Potensi Capital Inflow Ke Indonesian


Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 5974 (0.25%) ditransaksikan senilai Rp 9.71 Triliun dengan volume transaksi 20.07 Miliar lembar saham dimana asing melakukan Aksi Jual Bersih Rp -474.95 Miliar pada beberapa saham LQ45 seperti: ASII -168(B) , BBRI -135(B) , TLKM -76.(B) , MIKA -41.(B) , MDKA -14.(B) , BBNI -14.(B) , BSDE -10.(B). Adapun sektor yang menopang laju indeks perdagangan kemarin meliputi sektor Basic-Ind (1.621%), Consumer (0.886%), Mining (0.826%), Manufactur (0.654%), Infrastructure (0.529%), Trade (0.296%) dan Property (0.007%). Sedangkan, sektor yang masih membebani laju indeks kemarin meliputi sektor Finance (-0.176%), Agriculture (-0.755%), Misc-Ind (-2.282%). Proyeksi IHSG untuk hari ini kami proyeksikan akan bergerak pada range pergerakan 5910 - 6030. Pergerakan indeks kemarin cenderung bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat namun terbatas. Para pelaku pasar masih menunggu hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan merancang kebijakan moneter terbarunya beserta rilis suku bunga acuan US pada hari kamis. Meskipun para pelaku pasar sendiri sudah memperkirakan bahwa berdasarkan kondisi yang ada, tidak akan ada perubahan dalam kebijakan moneter oleh The Fed. Data ekonomi Amerika Serikat sejauh ini juga cukup membaik, namun sentimen negatif sebagai risiko tetap ada yakni dari kabar mengenai salah satu perusahaan hedge fund asal Amerika Serikat Archegos Capital yang beberapa waktu lalu sempat menjadi salah satu sentimen penggerak indeks di US juga karena kekhawatiran akan gagal bayar dari Archegos Capital terhadap nasabah yang ada, kini Archegos Capital menginformasikan bahwa perusahaan tersebut telah mencatatkan kerugian sebesar US$ 774 juta (sekitar Rp 11 triliun) di kuartal I-2021 menyusul gagal bayar Archegos. Munculnya pengakuan UBS ini membuat daftar korban Archegos bertambah menjadi enam. Sebelumnya, Credit Suisse, Nomura, Deutsche Bank, Morgan Stanley dan Goldman Sachs juga terkena imbas kasus gagal bayar Archegos meski beberapa di antaranya berhasil lolos dari kasus itu lebih dini. Kasus yang melanda Archegos ini membuat para pelaku pasar khawatir akan sistemik tidaknya peristiwa tersebut dengan aktivitas pasar global yang saat ini tengah melesu akibat pandemi dan minimnya katalis positif dari sisi perekonomian. Masih dari US, bahwa kini Joe Biden telah menunjuk Celeste Drake, salah satu spesialis perdagangan paling berpengalaman dari komunitas buruh, sebagai direktur "Made in America" pertama, sebuah posisi di kantor anggaran Gedung Putih. Dimana nantinya akan ada stimulus yang diberikan oleh pemerintah setelah sebelumnya sempat memberikan stimulus tambahan senilai $ 1,9 triliun yang disahkan baru-baru ini oleh Kongres dan dorongan Biden untuk paket infrastruktur senilai $ 2 triliun. Selanjutnya ada sentimen negatif datang dari perkembangan kasus Covid-19 secara global yang mengalami kenaikan cukup signifikan akibat dari lonjakan kasus yang terjadi di India dan beberapa negara di Eropa seperti Jerman. Di India yang merupakan negara kedua dengan penduduk terbanyak di Asia setelah China ini lonjakan kasus Covid-19 nya sudah tidak terbendung lagi, bahkan sudah melebihi kapasitas rumah sakit yang ada. India melaporkan 323.144 kasus infeksi baru, yang membuat total penderita virus corona ini mencapai lebih dari 17,6 juta orang. Akibat adanya lonjakan kasus tersebut, India memperkirakan untuk Produk Domestik Bruto yang akan datang diproyeksikan akan melemah, bahkan menurut kami dengan adanya lonjakan ini juga tentu akan menganggu aktivitas ekonomi India dari sisi konsumsi dan produksi, serta sedikit banyaknya akan mempengaruhi juga terhadap pergerakan harga komoditas seperti Minyak Mentah secara global. Bukan hanya dari sisi India sebagai konsumen, namun dari sisi India sebagai produsen pun dikhawatirkan menjadi terganggu. Meskipun jika kita lihat untuk ekspor CPO ke India yang kini sedang dilanda Tsunami Covid-19 ini cenderung meningkat. Kemudian selain dari India, lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di Eropa salah satunya Jerman. Dimana untuk Jerman sendiri sudah menerapkan aturan pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown) yang lebih ketat dan bakal berlaku hingga Juni nanti. Kemudian untuk indikator ekonomi yang akan rilis hari ini selain suku bunga oleh The Fed diantaranya akan rilis data Import Price dari Jerman yang diproyeksikan akan mengalami kenaikan dari pada sebelumnya, lalu ada juga mengenai inflasi Jerman yang yang diproyeksikan menurut consensus Trading Economics akan mengalami kenaikan dari sebelumnya menjadi 1,8%. Kemudian akan rilis juga data GDP Growth Rate QoQ dari US yang diproyeksikan akan mengalami kenaikan menjadi 6,3% menurut consensus Trading Economics dari sebelumnya 4,3%. Dengan sentimen atau katalis yang ada, sentimen mengenai perencanaan stimulus US, rilis beberapa data indikator ekonomi, rancangan kebijakan moneter terbaru The Fed dan perkembangan kasus Covid-19 menjadi titik fokus yang cukup signifikan oleh para pelaku pasar, oleh karenanya kami memproyeksikan pergerakan indeks masih akan cenderung bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat namun terbatas. Secara terknikal Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat ke level 5974. Ditransaksikan dengan volume yang relatif sepi jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari pedagangan.





PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com